Pages

Selasa, 03 Mei 2011

Tugas PRI 5: Jembatan Selat Sunda, Perlukah?

Selasa, 03 Mei 2011
Jembatan Selat Sunda (JSS) adalah Jembatan yang menghubungkan antara Pulau Jawa dan Sumatera dengan melalui Selat Sunda. Pembangunan JSS ini rencana akan mulai di akhir tahun 2013. Pemerintah rencananya juga akan mengembangkan kawasan sekitar jembatan menjadi kawasan strategis kegiatan ekonomi. Sebelumnya dikabarkan dana pembangunan jembatan mencapai 140 triliun. Jembatan ini rencana memiliki panjang 30 Km. Pembangunan ini diperkirakan akan berlangsung selama tahun 2011-2025.


JSS memang dibangun dengan tujuan yang baik, tetapi setiap pembangunan sebuah/beberapa infrastruktur, pasti juga akan memberi dampak yang tidak baik. Kali ini saya tidak setuju dengan pembangunan JSS karena lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan, dan juga pembangunan JSS ini pastinya akan mengalami hal dan kondisi yang tidak gampang. Lebih jelasnya akan saya bahas pada poin-poin di bawah ini.


a.      Pembangunan JSS: mematikan Negara maritim
Pembangunan jembatan penyebrangan antar pulau memang sebuah gagasan yang unik dan mengasyikkan untuk dibayangkan. Namun lihatlah, walaupun pemerintah berjanji akan menghidupkan kegiatan ekonomi di sekitar jembatan, bukankah hanya ekonomi darat saja yang dapat mengambil manfaatnya? Bagaimana dengan ekonomi laut? Seperti kasus jembatan Suramadu, industri penyebrangan dengan kapal feri pun terancam bubar karena masyarakat lebih memilih lewat jembatan. Masalah serupa pasti akan terjadi di jembatan selat sunda ini.

Indonesia adalah Negara maritim, tapi kenapa tidak memanfaatkan ‘sumber daya’ laut dengan sebaik-baiknya? Indonesia 2/3 bagiannya adalah laut, seharusnya kita memanfaatkan laut dengan baik, bisa dengan jalan memanfaatkannya untuk jalur transportasi.

b.      Adanya rasa ‘terlalu memiliki’
Rasa ‘terlalu memiliki’ nampaknya cocok untuk bangsa Indonesia. Seperti kasus (lagi) pada Jembatan suramadu, baru beberapa bulan diresmikan, baut-baut sudah hilang, kabel diambil, dan sebagainya. Itu saja ‘hanya’ proyek suramadu, bagaimana dengan jembatan Selat Sunda nantinya?

c.       Pergerakan lempeng tektonik di permukaan bumi
Pulau dan benua dasarnya ditopang oleh lempengan atau plat yang kuat di dasar bumi yang sebagian besar tertutup oleh lautan. Tiap pulau ataupun benua memiliki pelat atau landasan masing-masing berdiri sendiri atau bersamaan, dan pelat ini setiap saat akan bergeser sedikit demi sedikit kearah tertentu. Pelat yang bergeser menimbulkan pelat baru karena keretakan dan juga dapat membentuk sungai bawah tanah dan bawah laut (palung) karena pelat yang bergeser saling menjauhi.

Melihat kenyataan di atas, sebenarnya sangat sulit membuat jembatan dengan tingkat elastisitas dan kekuatan yang tinggi. Dengan pergeseran lempeng sekitar 5 meter setiap tahun di area selat sunda, pastinya akan sangat susah membuat pondasi yang kuat karena tempat ‘berpijak’ sang jembatan akan bergeser kearah yang berbeda-beda.

d.      Adanya anak Krakatau
Gunung Krakatau meletus tanggal 26-27 Agustus 1883 dengan mengeluarkan awan panas. Sedangkan gunung anak krakatau meletus tahun 1927. Kaldera itu masih aktif dan bertambah tinggi sekitar 20 inci setiap bulan. Setiap tahun akan bertambah sekitar 20 kaki dan lebar 40 kaki. Sekarang ketinggian anak Krakatau sekitar 230 meter dari atas permukaan laut. Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut. Beberapa ahli geologi memperkirakan letusan ini bakal terjadi antara tahun 2015-2083. anak gunung Krakatau juga aktif mengeluarkan lava pijar

Fakta di atas merupakan kendala serius yang harus diperhatikan dalam pembangunan JSS. Membangun suatu infrastruktur di atas gunung berapi yang masih aktif akan membahayakan konstruksi dan membahayakan orang yang ada di infrastruktur tersebut. Daerah gunung berapi biasanya memiliki struktur lempeng yang tidak stabil karena sering terjadi getaran dari desakan magma di bawah (gempa vulkanik). Gunung Krakatau adalah salah satu contoh gunung berapi paling aktif di dunia, ditambah dengan lokasi selat sunda yang merupakan kawasan ‘cincin api’.

e.       Iklim dan cuaca yang tidak menentu
Badan Meteorologi, klimatologi dan Geofisika memperkirakan kecepatan angin di peraiiran selat sunda mencapai 30 km/jam dengan tinggi gelombang satu sampai dua meter.

Keadaan iklim dan cuaca yang tidak menentu selalu membahayakan apapun, baik benda mati maupun benda hidup. Misalkan proyek JSS selesai, padahal selat sunda sering ada cuaca buruk seperti di atas, maka akan membuat struktur bangunan jembatan itu lebih mudah rapuh karena cuaca, begitu juga orang yang lewat di atasnya, pasti akan merasa tidak nyaman dengan cuaca yang buruk tersebut. Apalagi dengan panjang sekitar 30 kilometer. Itu bukan jarak yang dekat, jika ada kecelakaan di tengah jembatan, akan lama untuk menevakuasi ke daratan karena jaraknya yang lumayan jauh.

Demikian poin-poin yang saya bisa analisa dari masalah pembanguna jembatan Selat Sunda. Menurut pemikiran saya, jembatan selat sunda ’belum’ terlalu perlu. Alasan ini disadari dengan berbagai faktor di atas.


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mau bertukar pikiran?:D

アイサ の ノート © 2014