“Nduuuuk
bapak pake kaos ITB ne meneeeeh,” sebuah SMS dari ibuk membuatku tersenyum. Ibuk
mempermasalahkan kaos bertuliskan ‘Universitas ITB’ dengan logo UI (Univeristas
Indonesia) yang saya belikan beberapa semester yang lalu. Masalahnya adalah pas
saya balik ke Bandung kemarin kaos tersebut baru saja dipakai beliau, dan masuk
mesin cuci. Esok harinya ketika saya sampai di Bandung, ibuk laporan bahwa
kaosnya dipakai lagi. Kejadian itu berulangkali terjadi saat saya masih
dirumah. Kaos yang sebenarnya sudah lumayan kucel itu hampir tidak pernah
mampir di lemari. Setelah di cuci, disetrika, belum sempat dimasukkan ke almari
sudah dipakai lagi.
“Lah
kan yang belikan anaknya yo dipake,” begitu alasan bapak.
“Tapi
yo jangan dipake terus gitu pak. Kan ada kaos yang lain,” kataku. Dan beberapa
hari kemudian bapak tetap melakukan hal yang sama.
Semenjak
saya SMP, hubungan saya dengan Bapak agak renggang. Tidak seperti hubungan saya
dengan ibuk saya yang deket banget. Ga tau kenapa mungkin karena saya anak
cewek dan bapak saya juga pendiam banget. Kalau sama ibuk, pasti ada aja
sesuatu yang diobrolin dan diketawain.
Saya
kangen dijemput bapak dengan sepeda motor keluaran akhir delapan puluhannya,
kangen rebutan remote buat nonton siaran televisi saat tv nya masih satu, kangen ditraktir steak
diam-diam sehabis ikut tes di jogja, dan kangen yang lain-lainnya.
Maafkan
anak perempuanmu ini pak, yang masih belum bener. Semoga saya ga jadi beban di
akherat nanti. Saya masih berusaha menjadi perempuan yang baik.
Bapak yang sehat ya di Solo. Kangen
bapak. Pengen meluk bapak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mau bertukar pikiran?:D