Pages

Minggu, 10 Juli 2011

SOLOOO!!! #backpacker’s part 2

Minggu, 10 Juli 2011

Ok, kali ini saya akan membawakan acara yang bertajuk backpacker’s part 2 yang berlokasi di Solo the Spirit of Java, bersama dengan partner saya, Nadiyatur Rahmatikal Wasi’ah. Sip, mari kita mulai acara kita dengan ucapan *Selamat Pagiiiii*
Mari kita mulai ceritanya.

Hari ini rencana kunjungan adalah keraton solo, solo grand mall, Pusat Grosir Solo (PGS) dan Balekambang. Perbedaan dari Solo dan Yogya itu sebenarnya gampang saja: kalo Yogya kan tempat wisatanya gampang dijangkau dengan jalan kaki, kalo Solo, bisa-bisa sengkleh kalau jalan kaki, hahaha. Di Solo itu tempat wisatanya mencar, jadi turis asing yang datang ga sebanyak di Yogya. Orang asing kan suka jalan kaki #hahaha, dapat teori dari mana, tuh?

Ok, pertama-tama saya dan Nadiyatur pergi ke Balekambang. Nah, balekambang ini terletak di Manahan, belakang stadion Manahan *yang sering disyut buat acara PON itu, lho...*. pas di Bandung awalnya ga ngerencanain ke Balekambang, tapi saat saya cerita tentang ini, Nad pengen ke sana.

Taman Balekambang sendiri digunakan utnuk pementasan rutin setiap hari apaa gtu, karena di sana ada panggungnya. Terus ada kolam juga, dan ada Rusa di sana. Waaa.... #tapi sayang pas Nad ke sana, Rusanya ga ada T___T , malah nemu sepasang kalkun yang lagi duduk, haha

Taman Balekambang selalu ramai kok, pas saya ke sana aja, lagi ada perpisahan anak TK, hehe. Kondisinya dulu bagus, tapi pas saya lihat sekarang kok kurang terawat, ya? Agak kotor dan banyak sampah. #Ayo pengunjung jaga kebersihan aset wisata kita dong! Jangan buang sampah sembarangan!
Biaya masuk Balekambang ini nol rupiah, cuma bayar parkir aje. Mungkin karena bayar nol rupiah, tanpa retribusi, masyarakat ngerasa ga punya tanggung-jawab gede buat melestarikannya. Hiks.

Oke lah~ cerita Balekambang sampai di sini. Kita lanjut ke tempat wisata selanjutnyaaaa

Sekarang saya dan Nad sudah ada di keraton surakarta. Sebenarnya masyarakat sini lebih senang dipanggil SOLO daripada SURAKARTA, karena SURAKARTA berbau kekolonialisme-an, halah.

#perhatian, walaupun saya orang solo, saya belum pernah masuk ke keraton lo hahaha (museumnya).

OK, karena saya belum pernah ke keraton, maka berlagaklah seperti orang kebingungan, sampai muter jalan dua kali (karena jalannya searah) karena takut masuk kraton #krik krik krik.

Akhirnya saya memberanikan diri *karena dipaksa Nad* untuk berhenti, parkir, dan beli tiket untuk masuk ke museum kratonnya. Dan setelah beli, ga tau mau ke mana, hahaha, ga tau tempatnya -_____-” dan akhirnya saya memberanikan diri lagi *dan lagi-lagi karena dipaksa Nad* untuk bertanya pada petugas di sana.
”Kowe wae lo Ma, aku raiso boso alus, ki,” si Nad cerita kalau dia ga bisa bahasa halus.
”Ayo bareng,”
”Emoh, kowe wae to Ma,”
“Aku pengen ngeplak kowe oleh ra?” si Nad hanya cengegesan. Akhirnya saya bertanya juga. “Pak, Museum kreta-nipun wonten pundi nggeh?”
“O… niku mbak…”

Dan interaksi selesai. “Nah, ngono lak gampang to…”
#PLAKKKK

Sudahlah, mari saya bicarakan perjalanan kami kali ini. Memang sih biaya masuknya agak mahal, sepuluh rebu, tapi ternyata tidak mengecewakan kok..

Mulai dari pintu masuk pertama, belok kanan, dan masuk ke pelataran. Nah, pelataran ini deket sama menara dan pendopo (apalah itu namanya), ya seperti biasa, baguuuuss banget tapi itu adalah daerah terlarang untuk pengunjung *sigh.

Bedanya sama keraton Yogya, di sini pemandangannya lebih rame (ga juga sih), dan saya juga sempet liat  abdi dalemnya, tapi ngga dipotret.#gausah dibedain, yak? Sipsipsip.
Habis keluar dari pelataran, masuk lagi lewat pintu yang sama dan mulai memasuki ruangan demi ruangan. Apakah isinyaaa???


Isinya ada kursi yang dulu-dulu dipake oleh raja-raja, terus peralatan perang, foto silsilah keluarga, relief-relief, benda-benda pusaka, alqur’an translate bahasa jawa, koleksi-koleksi kereta kencana, dan masih banyak lagi. Bisa di bilang, dengan ngunjungi keraton Solo, sama aja ngunjungi keraton Yogya beserta benteng vredeburg dan museum kereta.

Disini saat motret-motret, ga sengaja nemu obyek yang sama. Di balekambang ada gambarnya, dan sekarang di keraton ada wujud aslinya, wauu...mirip banget...
#catatan kecil, kalau ke keraton, SANDAL HARUS DI LEPAS tapi kalo sepatu ga usah dilepas, haha, lucu ya?

Okai, setelah ke keraton, saya dan Nad melancong ke Solo Grand Mall, Mall pertama di Solo... haha. *Lebih gedhe dari BIP lo.

Harusnya sih perginya ke PGS dulu baru ke SGM, tapi males pengen makan istirahat dan sholat.

*dan MOOD kami mulai rubuh

”Hduh capek banget, padahal cuma keliling-keliling biasa,”
”Iya lah, kemarin berapa jam di Malioboro? Tujuh jam jalan!” Iya nih, kami sudah kecapean jadi hari ini kurang bersemangat T__T

Di SGM kami cuma makan eskrim dan makan berat serta sholat, kok. Dan saat beli eskrim, saya ketemu teman SD saya, waaaaaa~ ternyata kalian masih ingat muka saya yang aneh ini ^o^ *tapi payahnya, saya ga minta nomor HP foto dan segalanya, bodoh.

Okeeee sekarang kita menuju ke PGS! PGS sendiri terdiri dari empat lantai dan bersampingan dengan BTC (Benteng Trade Center). Puas-puasin dah kalo belanja di sini. Bisa nawar sampai harga setengah lebih lo. Disini sama aja sebenarnya sama di Malioboro. Cuma bedanya Malioboro ada di pinggir jalan, PGS dan BTC ada di dalem ruangan. Harganya masih jauh lebih murah di sini *dengan harga pas-nya* kok, jadi tenang aja yang ga begitu bisa nawar, disini harga masih aman ^____^

Setelah itu....

KAMI PULANG!!!

Sudah ga ga ga kuat *7icons* dan kaki sakit dan Nad harus pulang hari ini.

Sampai rumah, saya dan Nad ngitung-ngitung terus sholat ashar, terus cau ke stasiun Jebres terus beli tiket, terus masuk peron terus nungguin kereta terus masuk kereta dan.... akhirnya Nad pulang ke Jombang. Saya balik ke rumah dan menjalani rutinitas seperti biasa.

Hahah, maaf ya, ceritanya jadi ngelantur. Okeh. Di atas tadi adalah curhatan saya tentang perjalanan keliling Solo. Ini ceritaku, bagaimana ceritamu? #haha, jadi kaya’ cerita indomie aja~
Eahahahaha pengembara baru

Ciauu!! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mau bertukar pikiran?:D

アイサ の ノート © 2014