Pages

Senin, 29 Desember 2014

F.E.A.R #MEmoryeah2014

Senin, 29 Desember 2014
Kancut Keblenger, mengadakan lomba tentang memori dan kenangan yang ada di tahun 2014 ini. Karena ga pernah nyeloteh ke grup atau ikut event sebelumnya, saya pun memantapkan diri untuk ikut event kali ini biar lebih afdol jadi kawancut nyahaha. Yak, dan lewat post ini, saya akan menceritakan sebuah rahasia kepada kalian, tentang suramnya 2014 kali ini *halah.

Dulu saya heran dengan kakak tingkat, bahkan teman satu kelas yang sering ilang-ilangan saat kuliah. Susah di cari, dan ga ada kabar samasekali. Dan kemudian, pertanyaan saya terjawab sejelas-jelasnya.  
Iya Bisa. Karena…
Ehm iya….. karena gantian saya yang ‘menghilang’ dari keberadaan kampus.

Ah, jadi gini toh ‘sesuatu’ yang ‘orang-orang’ itu rasakan :””

Mungkin terdengar konyol, tapi setengah tahun terakhir di 2014 saya memang benar-benar putus kontak dengan teman-teman. Saya menghilang. Di tahun terakhir ini, saya malah bikin masalah, yang bahkan membuat kelulusan saya tertunda. Masalah itu adalah sebuah ketakutan. Mungkin benar kata 9gag. FEAR itu ada dua artian:

(sumber)

Saya milih opsi ke-1, ga menyelesaikan masalah tapi malah memilih lari. Yah walau sebenarnya ketakutan itu tetap bersemayam di pikiran.

Sebenarnya masalahnya sepele. Karena engga kunjung diselesaikan, akhirnya masalahnya membesar. Saya tipe orang yang cukup sensitif. Seringkali menerka-nerka apa yang ada dipikiran orang. Saya gampang banget kepengaruh sama omongan negative orang. Saya selalu merasa kalau orang lain itu mandang rendah ke saya. Oke, karena emang di kampus saya bukan orang yang popular dan punya kelebihan di bidang akademik.

Di pertengahan tahun terakhir 2014 saya benar-benar down. Untuk menyemangati diri pun rasanya ga sanggup. Saya Cuma jadi pecundang yang berdiam diri di kamar kosan, menunggu keajaiban. Tapi kemudian saya sadar bahwa keajaiban juga harus dicari, bukan hanya ditunggu.

bagian kampus yang paling dikangenin: perpustakaan
Saya pun memberanikan diri untuk pergi ke kampus, mencoba untuk memulai untuk menyelesaikan masalah. Tapi tapi….

Iya, saya ke kampus. Nyampe gerbang depan, baru jalan semenit, ga berani. Saya langsung balik lagi ke kosan.

Kejadian itu engga cuma sekali doang, Saya takut masuk kampus karena takut ketemu orang-orang yang saya kenal akan menanyakan kabar ,”kemana aja? Gimana TA?”. Nah, makin stress saya. Pun saat berbelanja di sebuah supermarket dua lantai, ga sengaja pas mau turun tangga ngeliat teman satu angkatan juga lagi belanja. Melihat itu, saya diam, bersembunyi di lantai dua menunggu sampai teman satu angkatan itu selesai belanja. Aneh emang. Bahkan, bertemu dengan teman dekat pun saya engga berani. SMS nya pun ga ada yang saya balas. Rasa takut ini mendominasi. Ingin bercerita tapi tak mampu. Rasanya ya, ingin menghilang atau bersembunyi di tempat sing. Walau begitu, saya tetap merasa bahwa diri saya yang kayak gini itu ga beres. Saya harus berubah!!

Saya memang picik. Terlalu larut dalam pergolakan batin sampai-sampai lupa bahwa ada sang Maha Pengatur segala. Saya lupa berserah diri, lupa berdoa. Saya terlalu naïf, terlalu sok kuat, sok yakin bahwa bisa menangani semua masalah itu sendiri. Padahal enggak.

Dan kemudian, pertolongan itu datang. Pertolongan yang disertai dengan kenyataan yang pahit. Berita ‘menghilang’nya saya dari kampus sampai ke telinga orang tua saya. Dan juga teman satu angkatan. Karena udah semester akhir banget, udah hampir ga pernah ketemu sama temen seangkatan. Alhasil di hari itu, hp saya dihujani SMS dari teman-teman dan telfon dari orang tua.


"Mbok yo kalo ada masalah bilang ke ibuk bapak. Akhir-akhir ini beban bapak-ibuk lagi berat,” 

iya, saat itu mbah putri dari bapak dan mbak kakung dari ibuk sedang sakit. Kakak juga sedang berjuang pendadaran. Dan disini, saya malah bikin masalah. 


“Ibuk bapak disini selalu doain, kamu disana usaha yo, jangan kabur-kabur lagi,”

Saya akui saya engga pernah cerita masalah ke siapapun. Ya itu tadi, sok yakin bahwa semua masalah bisa tertangani sendiri padahal enggak. Dan kemudian saya sadar. Minta bantuan ke orang itu engga salah kok kalau emang udah ga bisa menangani sendiri. Manusia itu diciptakan untuk saling membantu, bukan?

Beberapa SMS yang dikirim teman saya engga ada yang nanya, 
”Ma, kenapa kamu ngilang?”
 tapi sekedar 
“Assalaamu’alaikum Rahma gimana kabar?” atau “Rahmaaa kangeeeen,” 
dan itu sontak membuat saya merasa bahagia. Beberapa lainnya, membuat semangat saya untuk ‘menyembuhkan diri’ menjadi bertambah.
“Adakalanya seseorang itu butuh kesendirian, dek. Tapi alangkah lebih baik kalau tetap kasih kabar ke teman-teman.” 
“laa tahzan, Ma! Jangan bersedih, Allah bersamamu,”

SMS dari teman, saudara, dan orang tua, dijadikan penyemangat
Ah jadi curhat gini :””). Emang sih tahun ini saya jadi lembek banget. Awal tahun lalu saya juga down, tapi berhasil bangkit di enam bulan terakhir karena saya memberi sugesti positif ke diri sendiri. Mulai dari posting atau membaca sesuatu yang membuat semangat membara, dan bahkan membuat lagu.


Yah walaupun belum kelar masalahnya, seenggaknya saya sudah punya sedikit keberanian untuk menyelesaikannya. Semoga di penghujung tahun ini, masalahnya selesai. Aamin. Yap, beginilah kisah  saya, secuil kenangan yang masih diperjuangkan. Semoga tahun depan lebih baik dan membawa berkah. Saya harus berubah, harus!!

4 komentar:

  1. Tetap semangat Kakak ^^ Eh itu perpustakaan kampus mana sih? UNPAD? UPI? UGM? UI? ITB? apa mana ya, kayak pernah liat :D

    Baca juga #MEmoryeah punyaku:
    #MEmoryeah2014 Vaccines Young Ambassador 2014 dan #MEmoryeah2014 Aku dalam GADIS

    BalasHapus
    Balasan
    1. perpus ITB itu dek hoho. makasih udah mampir ^^ udah ke post mu juga hoho.

      Hapus
  2. lagi blogwalking eh malah kesasar di blog ini, ala-ala jepang, hobi musik, suaranya jga bagus. Salam kenal

    BalasHapus

mau bertukar pikiran?:D

アイサ の ノート © 2014