“Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi,” berkali-kali aku
mengerjapkan mata. Sudah muak dengan segalanya, sudah lelah dan aku ingin
berhenti sejenak dari semua ini.
“Diam saja, memang tidak ada yang harus dilakukan. Yang kau perlukan sekarang hanyalah
menenangkan diri,” satu sisi dari diriku berbicara. Entah itu sisi yang mana.
”Oh ya? Apa dengan
diam segalanya akan selesai?”
”Mungkin iya,
mungkin tidak. Sebenarnya kau bisa menjawab pertanyaan itu, kenapa harus
bertanya kepadaku?”
”Aku tahu, diam
tidak akan menyelesaikan segalanya, tetapi setidaknya akan membuat kita
menemukan jalan keluar,” aku menjawab dengan terbata. Benar sekali.
”Aku tahu apa yang
sedang kau pikirkan. Masalahmu sekarang hanyalah seperti benang kusut. Ada dua
pilihan, menyelesaikannya dengan kasar atau
menyelesaikannya dengan halus,”
Aku tidak mengerti
apa yang ia bicarakan.
”Apa yang akan kau
lakukan saat merajut benang dan benangmu kusut. Kau tahu kan bahwa sebenarnya
benangmu hanya kusut, bukan terkena apapun
bukan terbakar dan termakan atau sebagainya? Kau punya dua pilihan: memotong
benang kusut dan menyambungkannya dengan ujung benang yang tidak kusut, atau
perlahan mengurainya dan menjadikannya tidak kusut lagi. pilih yang mana? Itu
seperti masalahmu. dua cara itu sama-sama menyelesaikan,
hasilnya juga sama terlihat berhasil.
Tapi kau pilih yang mana? Bersabar menyelesaikan atau lalui masalahmu begitu
saja dan mencoba lari?”
Ah ya, aku mulai
mengerti jalan pikirnya. Ini
seperti analogi benang kusut. Ya, analogi benang kusut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mau bertukar pikiran?:D