Hei kamu! Iya kamu.
Dengar suaraku? Iya. Apa sekarang kamu melihatku? Baik. Aku
tahu. Kamu sedang fokus dengan hal yang lain, bahkan kamu seolah tidak memperhatikan
sekitarmu.
Seolah berdialog
dengan seseorang yang entah sudah atau belum aku kenal. Rasanya ini seperti telepati yang membuat kami
terkoneksi satu sama lain. Tanpa alat, tanpa perantara. Kami bisa saling
membaca pikiran, menjawab, menyapa, dan bertanya.
Halo? Bagaimana kabarmu? Aku disini baik-baik saja. Hanya seperti biasa. Seolah sekitar yang
ramai tidak membuatku merasa bahagia. Hanya bising. Dan entah kenapa di dalam
bising dengan intensitas yang cukup tinggi ini aku selalu merasa sepi
Apa aku yang terlalu muluk? Apa aku yang
terlalu perfeksionis?
Aku selalu
bertanya. Aku tahu dia mendengar. Tapi dia memilih bungkam untuk tidak menjawab
pertanyaanku. Dia selalu ingin aku tidak menjadi perempuan yang lemah.
Hey tahu tidak, angka melankolisku tinggi. Dan
karena itu aku sangat sering merasa tersakiti, entah masalah apa saja itu. aku
tidak pernah bicara ke orang lain, karena aku takut yang mendengar akan merasa
jengah. Jadi aku berharap, hanya Dia dan kamu yang mendengarnya. Kelak. Aku
belum bisa mengatakannya. Aku hanya bisa bicara dalam diam.
Seakan aku masih
menunggu seseorang yang benar-benar mengerti. Seakan tidak ada satupun orang
yang mengerti aku.
Apakah aku buruk, hey kamu yang disana. Kenapa
kamu tidak mengatakan apapun? Apa kamu juga merasa tersakiti oleh sekelilingmu?
Aku yakin kamu adalah orang yang tegar.
Bila kamu tahu sekarang kerjaanku hanya menangis,
apa kamu mendoakanku sekarang?
Ah ya, menangis. Aku hanya terlalu peka. Menganggap
bercandaan orang lain sebagai kebenaran, menganggap kritik dan jawaban ketus
sebagai tanda kebencian.
Tapi aku tidak akan berbuat selain menangis. Aku
tidak ingin ada dendam. Aku hanya ingin rasa iri dengki dendam prasangka buruk
ini menetes bersama air mataku.
Hey, apa kamu suka dengan perempuan yang menangis?
Haha. Lama-lama kamu pasti jengah mendengarku yang
selalu berceloteh tak jelas ini.
Halo?? Apa kamu mendengarku??
Atau jangan jangan~~~ kamu tidak tahu bahasaku??
.
.
.
.
Hey, tahu tidak, sekarang aku sedang mencoba
tersenyum. Kamu juga harus tetap
tersenyum. Terus perbaiki diri ya.
Hanya Allah yang
tahu kapan aku harus menghentikan telepati konyol ini. Hanya Allah yang tahu. Hanya
Allah yang tahu :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mau bertukar pikiran?:D