‘Miliki barang antik
ini, dan anda akan jadi pusat perhatian’, begitulah sebuah kalimat yang
tertulis dalam iklan suatu produk di internet. Miliki, dan jadilah pusat
perhatian. Jadilah pusat perhatian. Pusat perhatian. Perhatian.
Ya, perhatian. Setiap orang memang butuh perhatian. perhatian
atau atensi, menurut Wikipedia adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil
informasi dari sejumlah besar yang tersedia. Intinya, perhatian adalah
‘memfokuskan’. Menjadi pusat perhatian memang terlihat menyenangkan. Seperti
aktris dan aktor yang tiba-tiba ditodong fans untuk dimintai foto bersama, dan
bahkan memberi hadiah. Setiap gerik akan diamati. Satu tweet bahkan bisa tiba-tiba jadi trending
topic. Pakaian dengan merk sama maupun style yang sama pun akan ikut
laris di pasaran. Seperti akhir-akhir ini fenomena sandal jepit yang dipakai
Sehun EXO-K yang mendadak jadi terkenal. Bahkan di luar negeri ada yang niat
mengimpor dari Indonesia dan dijual dengan harga 20 dollar alias duaratus ribu lebih. Padahal di sini harganya ga
sampai 20 ribu.
Beberapa orang memang suka kalau banyak orang mengenalnya,
yang berarti akan menambah teman dan juga alasan yang lain; tapi beberapa orang
juga memilih untuk tidak terkenal dan mendapat perhatian dari publik. Di antara
orang yang ingin diperhatikan itu ada lagi jenis yang ingin diperhatikan,
tetapi mereka tidak punya ‘cukup modal’ untuk diperhatikan, sehingga mereka
membuat sebuah terobosan yang terkadang dapat dibilang itu bukan cara yang
benar.
Saya sudah cukup lama bermain internet, ya walau Cuma
buka-buka situs portal berita, jejaring sosial, forum bersama, dan buat download file lah, tapi setidaknya dari
‘pengalaman’saya berinternet ria, saya banyak menemukan manusia jenis ketiga
yang saya sebutkan di atas, yaitu yang haus akan perhatian publik tetapi
tampaknya mereka kurang cukup modal sehingga mereka melakukan sesuatu yang
tidak benar. Mengapa mereka mencari perhatian di dunia maya? Mungkin karena
mereka ga mampu untuk menarik perhatian orang di dunia nyata, juga bila di
dunia maya mereka masih bisa ‘bersembunyi’ di balik identitas palsunya.
Tidak sedikit di sebuah portal berita, di kolom komentar
banyak terjadi peperangan antar komentator, menanggapi sebuah komen yang
menyinggung atau keluar dari jalur, tetapi kebanyakan mereka menggunakan anonymous. Mereka sebenarnya ingin
ditanggapi, tetapi masih takut dengan resiko yang didapat kalau mereka
menuliskan nama asli. Mereka tidak lebih dari seorang pengecut.
Dalam sebuah portal forum
terbesar di Indonesia, beberapa kali saya dibuat gerah dengan akun-akun yang
kebanyakan klonengan wara-wiri
menyebarkan fitnah, sara, dan sebagainya. Mereka membuat, menyebarkan berita
yang berkaitan dengan agama, menjelek-jelekkan ras, dan seringkali diiringi
kata-kata kotor. Saya bingung sebenarnya apa motif mereka. Apakah mereka ingin
terkenal dengan cara yang seperti itu? memang sih perhatian akan mengalir
dengan deras, tapi perhatian orang-orang itu adalah untuk memaki dan mencaci
balik. Apa memang itu yang di inginkan? Ah entahlah, mungkin dia sedang lelah.
Mencari perhatian publik janganlah dengan cara yang seperti itu. buatlah sebuah
karya, sebuah tulisan yang memang cukup baik, dan biarkan orang lain menilai
karyamu, apakah layak diberi pujian dan membuatmu menjadi pusat perhatian.
jangan dengan cara yang lain. Jangan buat diri kalian terkenal karena
keburukanmu. Buatlah dirimu dikenang karena kebaikanmu.
Dan well, memang
semua orang butuh perhatian. maka dari itu perhatikan saja orang-orang di
sekitarmu. Perhatian yang sederhana pun akan membuat mereka bahagia, seperti
memberi hadiah saat ulang tahun, atau sekedar mengirim sms menanyakan kabar. Dan
mungkin, mereka juga akan mulai memperhatikanmu :).