“Asalnya
dari mana?” tidak sedikit yang bertanya dari mana saya berasal saat pertamakali
duduk di bangku kuliah. Baru kali itu saya berada dalam satu ruangan bersama
orang-orang yang berasal dari berbagai daerah.
“Dari Solo,” saya menjawab sambil
tersenyum. Ya, saya berasal dari Solo atau bisa juga disebut Surakarta. Saya
dari kecil tinggal di Solo, dan tiga tahun lalu hijrah ke Bandung untuk menempuh
pendidikan sebagai mahasiswa di sebuah Institut yang cukup terkenal.
“Sama
kota Malang
deket ngga?” dan teman saya ada yang
bertanya sebegitu polosnya. Apakah Solo se-tidak-terkenal-itu???
”Engga, jauh. Malang itu di Jawa Timur,
kalo Solo di Jawa Tengah,”
Baiklah. Ada yang belum tahu letak dimana
Solo? Solo terletak di Jawa Tengah, bukan Jawa Timur. Dari Semarang kira-kira
80km, dari Jogja kira-kira 60km. Kira-kira lho ya, saya ngga tahu tepatnya
berapa hehe.
”Aku pengen ke Solo deh. Kalo aku ke Solo,
kamu jadi tour guide nya ya,” pas
saya menceritakan tentang bagaimana Solo itu, ada beberapa teman yang pengen
pergi ke kota tempat saya hidup ini :””””D
Dalam kurun waktu tiga tahun ini, ada
beberapa teman saya yang berkunjung ke Solo dan saya menjadi tour guide nya. Tour guide payah tapinya, karena saya ini super ansos dan jarang
keluar rumah jadi ngga tahu tempat mana saja yang asyik. Bahkan ya, pertama
kali masuk ke kraton Solo itu gegara nganterin teman saya yang dari Jombang.
Payah bangeeet jadi orang Solo ga tau Solo~~~ -_-. Tapi untung ada teman saya
yang berkunjung. Kalo ngga, mungkin sampe detik ini saya belum juga ke museum
keraton Solo.
Yak, mungkin saya akan to the point ke rumusan masalah. Sebagai
orang Solo tentunya ada hal-hal menarik yang saya rasakan, kesan kesan, ataupun
apalah yang melekat dihati tentang Solo karena sudah hidup di sini selama bertahun-tahun.
Saya ingin berbagi beberapa hal yang berkaitan dengan Solo, kesan saya terhadap
Solo, mengapa saya cinta dengan Solo, dan berjuta-juta hal tentang Solo yang
mungkin bisa membuat pembaca sekalian turut merasakan apa yang saya rasa
#apasih. Baiklah, check this out! Monggo dicek apa-apa saja kesan saya
(dan beberapa orang) tentang Solo :)
1. Orang-Orang nya Ramah
Saya merasa bahwa orang-orang di sini ramah
dan sopan. Orang Solo cenderung ga to
the point dan kebanyakan basa-basi. Istilahnya kalo ngomong jadi ngalor ngidul. Ada
sedikit-banyak culture shock saat pertama
kali tiba di Bandung .
Reaksi orang lain terhadap orang lain (antar manusia) bisa dibilang jauh
berbeda. Saya yang hidup di lingkungan super ramah dan kekeluargaannya tinggi,
berubah drastis ke wilayah yang tidak seperti itu. Ini mungkin gegara saya
orangnya terlalu tertutup, atau bisa juga karena saya hidup di area
mahasiswa-mahasiswa. Sama-sama muda, yang kerjaannya kupu-kupu alias kuliah
pulang kuliah pulang. Pulangnya malam-malam, dan interaksi sesama di lingkungan
terbatas. Hiks. Kangen Solo kalo udah nyangkut yang beginian…
2. Budayanya
Saya
suka bagaimana masih banyak budaya yang dilestarikan di Solo. Saya suka ada bus
trans solo yang bermotif batik, suka dengan pementasan rutin di Balekambang,
suka dengan peraturan yang mewajibkan PNS memakai kebaya di hari tertentu. Saya
juga suka dengan ornamen wayang raksasa yang dipasang di sebuah mall yang
menyatu dengan apartemen pertama di Solo. Sukaaa~~.
Di Solo
juga banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi walau agak susah kalau tidak
memakai kendaraan pribadi. Maklum, trayek angkutan umum masih sedikit
jumlahnya. Untuk referensi tempat, bisa dilihat di sini: Tempat wisata: http://tentangsolo.web.id/category/tempat-wisata
3. Banyak
Festival Seru!
Super
duper banyak festival yang ada di Solo yang membuat saya berkesan. Ada yang rutin
dilaksanakan setiap minggu seperti car
free day, ada juga festival tahunan yang super ditunggu-tunggu oleh banyak
orang. Beberapa diantaranya adalah Sekaten,
SIPA (Solo International Performing Art), SBC (Solo Batik Carnival), dan masih
banyak lagi.
(4) Solo Batik Carnival |
4. Tidak
Macet
Setidaknya
sebelum saya hijrah ke Bandung ,
Solo masih diam-diam saja. Macet kalau sedang musim liburan dan mudik. Banyak mobil
plat B berkeliaran di sepanjang jalan. Ini salah satu hal yang membuat saya
betah di Solo. Ga ada itu namanya traffic
jam berpuluh-puluh menit bahkan berjam-jam. Ya mungkin karena jumlah
kendaraan yang memang tidak banyak atau bagaimana saya tidak tahu.
5. Makanannya
murah dan enak
Ini juga
salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari: harga! Benar sekali, harga di sini murah-murah. Sekali lagi,
pas saya nyampai di Bandung agak shock dengan harga makanan di sini. Ga shock banget
juga sih, intinya makanan di Solo lebih murah hehe. Dan yang pasti, rasanya lebih cocok di lidah mwehehe.
Maklum, orang Jawa. Makanan favorit saya tentunya nasi liwet dooong~~ ga ada yang
lebih enak dari nasi liwet solo. Di manapun kalo ada yang jual nasi liwet solo,
pasti rasanya beda kalo bukan di Solo.
Dulu hampir setiap pagi saya sarapan nasi
liwet. Dan saya juga ingat, sebelum ikut tes tulis UGM saya dan ayah mampir di pinggir
jalan buat makan nasi liwet :””””). Dulu sekitar lima atau enam ribu rupiah udah
sama ayam. Super murah!
Makanan lain selain nasi liwet yang saya
rekomendasikan adalah cabuk rambak. Kya~~ rasanya jadul tapi enyaak~~ rasanya
mau nangis deh kalau sekarang ada yang jualan itu di sini. Di Solo, penjual
cabuk rambak bisa ditemukan di pinggir GOR Manahan. Dan jangan lupa, srabi Solo
itu enyak lhooo~~ *srabi Notosuman ada cabangnya di Bandung, saya lihat ada di
KiosK dan Riau Junction.
(5) nasi liwet, tetap yang favorit :) |
(6) ini yang namanya cabuk rambak |
(7) srabi~~ srabi~~ |
Mungkin segini dulu beberapa kesan dan
hal-hal mengenai Solo. Selamat
datang di Solo, selamat beraktivitas! :D
Oh iya, artikel ini dibuat untuk mengikuti lomba "Kesan
Tentang Solo" dengan tema "Kesan". dan lagi-lagi saya ga menang ahahaha :""""""D
Sumber gambar
(1) maps.google.com
(2) http://tentangsolo.web.id/transportasi/batik-solo-trans-bst
(3) http://csouldew.blogspot.com/2012/07/shopping-euy.html
(2) http://tentangsolo.web.id/transportasi/batik-solo-trans-bst
(3) http://csouldew.blogspot.com/2012/07/shopping-euy.html