ngga tau jadi ingat sama tulisan saya setahun lebih yang lalu gara-gara mbuka blog teman saya (yang sayangnya ga ditulisin lagi, hehehe). ini tulisan sebenarnya mau diikutin lomba tapi biasa lah, karena nyali saya kecil dan ngga pede, akhirnya saya ngga jadi ngirimin itu naskah. hufffnesss...
ini buat lomba yang di KM ITB kalo ngga salah, lupa saya -_- saking lamanya. Saya nulis ini pas jaman galau-galaunya TPB. kaget juga ternyata saya bikinnya 16 Februari 2011, pukul 1:43:25
yak, mari disimak :)
Aku menulis surat
ini ditengah keheningan malam dan kedamaian hati. Aku hanya ingin menuliskan
apa yang ada dalam otakku sekarang. Aku bimbang.
Saat aku
dilahirkan, aku belum mengenalmu. Saat aku menginjak bangku TK, itulah saat
pertama aku mengenalmu. Saat itu engkau sedang mengalami sakit luar biasa, yang
aku belum tahu bagaimana rasanya.
Berangsur-angsur
engkau mulai sembuh. Senyum rakyat kembali membuncah, dan aku masih belum
mengerti.
Saat aku sudah
SMP, aku mulai mengenal siapa dirimu yang sesungguhnya. Sesuatu yang sebenarnya
abstrak tetapi nyata. Tidak dapat disentuh maupun diraba, tapi hati kita bisa
merasakannya.
Aku tahu.
Aku mulai tumbuh
dewasa dan makin mengerti dengan keadaan yang terjadi.
Kenapa engkau
berangsur-angsur berubah?
Aku tahu, ini
bukan kemauanmu. Aku tahu, sebenarnya engkau sangat tersiksa dengan semua
keadaan yang menjemukan ini. Aku ingin membantu, tapi apadaya, bagaikan semut
di kaki gajah. Tak akan tampak dan tak akan membuat suatu perubahan.
Hatiku hancur,
saat mengingat dirimu terinjak oleh kaki-kaki asing dari luar. Aku ingin
menghentikan mereka, namun apadaya. Sekali lagi kutegaskan, aku tak bisa.
Aku ingat saat
engkau menangis, ratusan warga di Aceh terseret tsunami. Saat perpisahan kelas
enam SD, aku menyanyi di atas panggung, menggambarkan bagaimana rasa sedihmu.
Keigninanku
tidaklah banyak. Aku ingin engkau kembali kuat dan segar. Aku tak ingin engkau
kembali terinjak oleh orang luar, terkikis moral, teriris inflasi, terdesak
oleh subsidi, dan hal yang lainnya.
Mungkin ini bukan
surat yang penuh kasih sayang, namun hanya gertakan-gertakan tanpa ancaman yang
dapat aku tulis.
Aku sadar, manusia
sekecil aku hanya bisa protes tanpa ada hasil. Aku hanya bisa berdoa di
belakang dan meratapi nasib.
Aku hanya ingin
kau berubah menjadi lebih baik,
hanya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mau bertukar pikiran?:D