Kamis, 29 September 2011
menyimak :D |
Insenerator sabuga
Dibangun pada tahun 2005, diinspirasi dari ‘Bandung Lautan Sampah’ ketika Leuwigajah rusak atas dasar inisiatif dosen ITB yang peduli dengan ITB.
Mau dibawa kemana sampah dari ITB???
Sampah dari ITB setiap beberapa periode waktu diangut ke PPS Sabuga untuk diolah. Sampah yang datang tersebut dibagi menjadi tiga jenis:
a. organikè dibuat kompos lalu dijual
b. bernilai ekonomiè dikumpulkan lalu dijual
c. anorganik è dibakar di insenerator, lalu menjadi abu.
Nah, karena saya ada di shift dua, maka di Shift dua ini dijelaskan cara kerja insenerator. FYI, yang shift satu itu diterangin tentang komposting.
Akan dijelaskan lebih lanjut permosesan anorganik dengan menggunakan insenerator. Insenerator sabuga memiliki daya tampung 100kg/jam. Sampah dibakar dengan suhu 800oC agar kandungan zat bahaya (dioxin) hilang dan asap yang dihasilkan tidak berbahaya.
Insenerator sabiga memakai BBS (Bahan Bakar Sampah), dengan solar sebagai starternya. Perawatan mesin sekitar 2-4 bulan sekali. Disini, styrofoan tidak dibakar di insenerator karena menghasilkan gas berbahaya dan jelaga yang banyak. Hasil akhir insenerator adalah abu, yang diperkirakan kandungan mineralnya tinggi. Abu juga digunakan untuk membuat batako sebagai pengganti pasir. Dari pembakaran tersebut dihasilkan ’air sampah’ yang sangat panas. Dan sekarang PPS sabuga sedang dalam proses memanfaatkan ’air sampah’ trersebut untuk jadi media pengembangbiakan jamur merang dan tiram.
Bagian-bagian dari unit insenerator:
a. ruang bakar utama, tempat terjadi proses pembakaran pertama
b. ruang bakar tingkat dua, tempat lanjutan dari proses pembakaran pertama
c. boiler, berisi air mendidih untuk mendinginkan asap panas dari ruang bakar.
d. Cyclone, berfungsi untuk menjebak padatan agar tidak terbang
e. Wet scrubber, berfungsi untuk menjebak debu tetapi dengan air.
f. Blower, terletak di luar insenerator, terdiri dari dua jenis, blower hisap (agar asap tak keluar ke alat lagi), dan blower dorong (untuk menambah O2 agar proses pembakaran berjalan lebih baik)
Untuk sesi kompostingè bahan organik ditambah air, bahan basah (nasi, sayuran, lalalala~), dan mikroba. Proses yang diterapkan disini adalah sistem aerob yang mengharuskan kompos dibalik setiap 3 atau 5 hari sekali. Kompos dibuat selama kurang lebih 1 bulan. Kompos yang dihasilkan di sini mencapai 6 ton per bulan. Djual perbungkus (3 - 3,5 kg) Rp 3000,00
Hasil akhir dari insenerator sendiri adalah berupa abu. Sampai saat ini belum ada tindakan khsus untuk menangani abu tersebut. Dulu masyarakat sering mengambil abu tersebut untuk bahan baku bangunan, dan sekarang di PPS Sabuga ini dipergunakan untuk bahan baku batako.
Sekian materi jalan-jalan kali ini :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mau bertukar pikiran?:D