Pernah suka dengan orang lain?
Terdengar seperti pertanyaan klasik ya,
Mungkin semua orang pernah mengalaminya. Mungkin sih,
Kenapa akhir-akhir ini aku merasa ada yang mengganjal di dadaku? Aku tak tahu apa yang ada dalam benakku, apa yang dikatakan oleh naluriku. Kenapa ya Allah?
Dulu waktu SD, aku pernah ’suka’ dengan anak laki-laki pak ustadz. Dia anak ke 3 dari 4 bersaudara, dan nama adiknya sama dengan nama kakakku. Aku terkesan, karena dia baru kelas 3 SD sudah hafal Juz ’amma dan surat Yasin. Huft...
Dan waktu lulus SD, ternyata jumlah NIM kami sama. Aku melanjutkan ke SMP Negeri favorit di kotaku, sedangkan dia memilih melanjutkan ke Pondok Gontor. Hah, jelas saja dia mau ke sana, tekadnya kuat banget buat mempelajari Islam...
Waktu SMP, lagi-lagi kejadian yang sama. Tetapi berbeda orang dan berbeda type.
Saat itu aku sedang di musholla. Temanku yang lain sholat, sedang aku tidak. Saat itu sekolah sepi, karena waktu itu sudah satu jam lebih setelah bel pulang.
Ceritanya, dia menunggu pinjaman sarung, dia duduk di serambi masjid laki-laki yang kebetulan lurus dengan serambi masjid perempuan. Tau-tau dia mainin gitar punya temennya, dan kebetulan itu lagu yang paling aku sukai. Sampai rumah, aku menyetel lagu tersebut di Winamp, dan memutarnya sampai empat kali, dan putaran kelima, kakakku berteriak,”dek! Kalo nyetel lagu itu lagi, awas, ya!!!”
Haha... dan sejak saat itu aku mulai belajar mainin gitar. Dan lagi-lagi, waktu lulusan, dia mendaftar di SMA yang berbeda denganku. Dan beda angkatan, pula. Karena aku memilih jalur percepatan...
SMA=kosong, benar-benar kosong. Hah. Bukannya konsentrasi belajar malah kebanyakan main. Padahal waktuku singkat. Ini masa yang -sampai sekarang- paling membahagiakan. Kami dua kelas hidup bersama di kelas yang terpencil, dan kami juga bisa memahami pentingnya persahabatan, dan kami semua berbaur menjadi satu. Kedengarannya sih lebay, tapi memang kenyataannya begitu...
Sekarang. Yah, sekarang. Aku punya kakak pembimbing OSPEK, dia dari teknik perminyakan. Baru satu minggu kenal sih, tapi dari itu semua aku tahu, dia orang baik.
Aku bukannya suka, tapi salut. Saluuuuuut banget. Dia orangnya baik. Aura yang keluar dari dirinya itu selalu positif. Dia ngga pernah marah, dan kalau bicara pasti sambil tersenyum.
Sebenarnya sih dia ngga macho ya, seperti anak teknik perminyakan lainnya. Dia bahkan ngga tinggi. Tingginya sama dengan aku. Bahkan–lagi–kalau aku berjalan tegak pun, mungkin masih tinggi an aku. Sebenarnya dia juga ngga perfect banget, tapi dia manis. Ah.... kok jadi gini sih? Kenapa aku jadi euforia? Ya Allah, kuatkan aku, lindungi aku dari semua rintangan yang ku hadapi di dunia ini ya Allah, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mau bertukar pikiran?:D